Minggu, 31 Januari 2010

Aliran Salafi

Salafi Tak Lagi Populer 

Salafi, selama bertahun-tahun aliran islam ultra-ortodoks ini berkembang pesat di Belanda, namun menurut penelitian Dinas Intelijen Belanda AIVD, penganut salafisme kini makin berkurang. Demikian tulis NRC Handelsblad.

Ambil contoh: Nourdin Akhssay, 31 tahun. Tadinya, ia adalah penganut salafisme fanatik. Tahun 2003, setelah pergi beberapa tahun ke Damaskus untuk menyelesaikan studi islam, ia kembali ke Belanda. Berada di tengah-tengah masyarakat sekuler, ia harus kembali menyesuaikan diri. "Kalau tidak menyesuaikan diri, saya tak akan bisa bertahan hidup. Susah mencari pekerjaan, misalnya," demikian Nourdin berkisah.

Bukan hanya penyesuaian diri dengan masyarakat yang jadi alasan kemunduran penganut salafisme, ajaran islam yang satu ini juga makin dianggap ekstrim. Alasannya: sejumlah penganut salafisme mengkombinasikan ajaran islam ortodoks mereka dengan aktivitas politik. Setelah beberapa insiden yang bermotif Islam di Belanda - seperti pembunuhan terhadap pembuat film Theo van Gogh - salafisme hampir selalu dianggap identik dengan terorisme. Demikian NRC Handelsblad.

"Lagipula," tambah seorang peneliti AIVD. "Aliran salafi ini sangat keras menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Itu juga yang membuat peminat dan penganut salafisme berkurang. Apalagi di kalangan anak muda. Mereka rata-rata merasa "belum siap" menjalani islam fanatik semacam salafisme." Demikian NRC Handelsblad. (sabili)

Keyword:

Salafi, Hukum Islam, Aliran Islam Salafi, penganut salafisme, aliran islam ultra-ortodoks, Islam Fanatik, majalah sabili

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar