Minggu, 24 September 2017

LDII KABUPATEN BARITO KUALA MENGHADIRI SOSIALISASI PAHAM RADIKALISME

"Sengaja kami dari pihak Badan Kesbangpol memberikan wawasan mengenai ajaran radikal. Sejauh ini Barito Kuala kondusif dari pengaruh tersebut. Situasi yang aman ini harus dijaga dengan cara membekali para tokoh masyarakat dan agama mengenai cara penanggulangan paham radikalisme.

Dalam hal tersebut pengurus LDII Kabupaten Barito Kuala di undang untuk menghadiri acara Sarasehan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat dalam menangkal Paham Radikalisme utamanya di wilayah Kabupaten Barito Kuala.

 
Menurut nya penganut paham radikalisme tidak menganut toleransi. Jangankan terhadap pemeluk agama lain, terhadap sesama muslim yang beda aliran saja juga tidak bersikap toleran.

"Ciri paham radikal itu ada empat, salah satunya intoleran. Kelompok yang tidak sepaham biasanya dibilang kafir," ujarnya saat menjadi pemateri dalam  sosialisasi pencegahan paham radikalisme di Aula Bahalap Setda kab. Barito Kuala pada hari Rabu 20 September 2017 yang di hadiri sekitar 50 orang peserta. 

Tiga ciri lainnya, penganut radikalisme sangat fanatik terhadap madhab tertentu. Golongan ini juga lebih suka melakukan peribadatan sendiri bersama kelompoknya. Sangat jarang pengikut paham radikal mau menjalankan ibadah dengan aliran lain meskipun sesama Islam. Mereka juga sangat menghendaki perubahan dalam bentuk revolusi.

"Keyakinan terhadap kelompoknya sangat kuat. Fanatik yang berlebihan ini sangat berbahaya," tegasnya melanjutkan.

Hasil riset sepanjang tahun 2015, motif teror yang dijalankan pengikut paham radikal 45,5 persen dilandasi ideologi agama. Kasus ini bisa dilihat di Timur Tengah yang berkembang paham ISIS yang belakangan diikuti segelintir warga Indonesia. Sementara 20 persen lagi dipicu solidaritas komunal.

"Ada juga yang dilatar belakangi balas dendam dan separatisme. Aksi teror balas dendam beberapa kasus pernah terjadi di daratan Eropa,"

Sebelum kalangan radikalis meluncurkan teror yang disebut dengan aksi jihad, biasanya mereka mendapat doktrin tertentu. Penanaman doktrin yang intensif kemudian memunculkan aksi teror yang banyak merugikan umat lain.

"Orang yang diberi doktrin tentu saja sudah masuk dalam kelompoknya. Fase ini diawali dari pra radikalisme dan identifikasi diri,"

Badan Kesbangpol meminta para tokoh di Barito Kuala bisa membentengi wilayahnya dari pengaruh ini. Apabila intoleransi sudah berkembang bisa menyulut terjadinya perpecahan dan gesekan antar warga.